LAMPUNG - Isu permintaan badak Sumatera yang berada di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) oleh Amerika Serikat dinilai bisa menghambat habitat dan mengurangi kapasitas penangkaran satwa langka itu.
Ketua Yayasan Badak Indonesia Widodo Ramono menegaskan penambahan populasi badak yang langka harus didukung dengan menjaga pelestarian dari aktivitas perburuan dan lainnya. Justru bukan sebaliknya malah mengurangi dengan memberikan satu ekor potensial kepada negara luar.
Menurutnya, bila ini dilakukan harus dipertimbangkan berbagai hal dampaknya. Apalagi mengingat populasi badak Sumatera saat ini mengkhawatirkan.
“Satu pertimbangan yang penting adalah kalau kita mengurangi habitat di sini dari hutan apa pun yang jelas akan mengurangi kapasitas habitat,” kata Widodo di Way Kambas, Jumat (27/9).
Dia mengakui memang mendengar isu dalam pertemuan tingkat tinggi Sumatran Rhino Crisis Summit di Jurong Bird Park, Singapura, belum lama ini bahwa muncul usulan permintaan badak Sumatera. Saat itu, ada alasan secara individual demi menghindari kepunahan dan pengembangbiakan badak Sumatera di Amerika Serikat.
Namun, menurut Widodo, persoalan ini masih sekadar isu. Kalau pun benar, pihaknya juga tidak setuju. “Isu-isu itu ada mungkin. Tapi, dari kami tidak (memberi),” ujarnya menegaskan.
Kepala Humas dan Kerja Sama Taman Nasional Way Kambas, Sukatmoko mengatakan pemerintah terutama Kementerian Kehutanan harus tegas agar isu ini tidak berkembang menjadi serius. Menurutnya, pengalaman tahun 1980-an harus dijadikan evaluasi.
Saat itu, Indonesia banyak mengirim badak Sumatera ke beberapa negara seperti India dan Amerika Serikat demi perkembangbiakan. Namun, karena tidak cocok alam habitatnya, badak yang dikirim ke sana seluruhnya mati.
“Justru harus dilihat pengalaman tahun 1980 itu. Kita punya Way Kambas kok. Kalau sudah berhasil kenapa harus di bawa keluar? Biarkan saja di sini karena cocok habitatnya,” katanya menekankan saat ditemui detikcom, Sabtu pekan lalu.
0 komentar:
Posting Komentar