Jakarta - Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan memahami pentingnya sejarah. Tapi sepertinya praktek dari perkataan bijak tersebut masih jauh dari ideal. Seperti yang terjadi saat ini pada situs Trowulan. Situs sejarah tersebut kini berada di ambang kehancuran. Banyaknya aksi perusakan dan perbuatan tidak bertanggung jawab dari beberapa pihak, mengancam keaslian dan kelestarian situs Trowulan.
Baru-baru ini kelestarian situs Trowulan kembali menghadapi tantangan dengan adanya rencana pembangunan pabrik baja milik PT. Manunggal Sentral Baja yang akan berlokasi di jalan utama Mojokerto-Jombang. Posisi pabrik ini berada kurang dari 500 meter dari Gapura Wringin Lawang yang merupakan gapura utama pada zaman Majapahit. Adanya pabrik baja ini dinilai berpotensi merusak kelestarian situs.
Situs Trowulan adalah sebuah kawasan yang terletak di Mojokerto, Jawa Timur. Sebagai bekas ibukota kerajaan Majapahit pada tahun 1293 sebelum Masehi , situs prasejarah ini menyimpan berbagai artefak berharga yang menggambarkan kehidupan pada masa keemasan kerajaan tersebut.
Trowulan adalah satu-satunya situs sejarah yang merupakan situs kota peninggalan zaman Hindu-Buddha di Indonesia. Kitab Negarakertagama serta beberapa catatan sejarah lainnya, menggambarkan Trowulan sebagai sebuah kota yang dibangun dengan sistem tata kota yang lengkap mulai dari area istana, perumahan, pasar, sistem kanal dan pengelolaan air.
Trowulan juga tercatat di dalam The History of Java, sebuah karya dari Thomas Stamfford Raffles yang memberi gambaran keterikatan budaya dan sejarah Majapahit, kerajaan yang kekuasaannya mencakup tiga perempat wilayah Asia Tenggara dengan budaya dan sejarah masyarakat dunia.
Berbagai peninggalan peradaban pada zaman Majapahit mulai dari Gapura Wringin Lawang, kompleks makam Troloyo, Candi Tikus yang merupakan tempat pemujaan pada masa itu, hingga peninggalan lainnya seperti sistem pengairan, peralatan yang digunakan penduduk sampai arca-arca ditemukan di kawasan ini.
Hingga kini masih banyak artefak-artefak, reruntuhan bangunan kuno seperti candi, serta elemen perkotaan lainnya yang menggambarkan peradaban di masa Majapahit terkubur di dalam tanah di kawasan tersebut dan bahkan di halaman pemukiman penduduk.
Pembangunan pabrik baja ini sangat disayangkan karena Trowulan merupakan kawasan cagar budaya, bukan merupakan sebuah kawasan industri. Kini pembangunan pabrik baja milik PT. Manunggal Sentral Baja tersebut telah berada pada tahap penanaman tiang pancang. Padahal di lokasi pabrik baja tersebut akan dibangun, sebelumnya telah ditemukan berbagai artefak dan struktur bangunan kuno dan hingga kini masih banyak peninggalan lainnya yang belum ditemukan.
Layaknya dokumen, testimoni dan buku-buku, artefak juga sangat penting untuk mengungkap informasi mengenai gambaran masa lampau dan memberi informasi sejarah penting. Pembangunan dan limbah yang dihasilkan ketika pabrik baja telah beroperasi dikhawatirkan akan merusak struktur arkeologis yang ada di Trowulan nantinya.
Untuk mencegah semakin rusaknya situs Trowulan, nampaknya pemerintah kabupaten Mojokerto perlu bertindak untuk menghentikan pembangunan pabrik tersebut. Perlindungan dari pemerintah, dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sangat diperlukan saat ini. Penting untuk mewujudkan Trowulan yang telah dicanangkan sebagai situs warisan budaya UNESCO sejak 2009 sebagai situs cagar budaya resmi saat ini.
Belum terlambat untuk ikut serta menyelamatkan situs Trowulan. Anda dapat ikut serta menandatangani petisi yang berguna untuk keselamatan situs Trowulan dengan meng-klik disini.
0 komentar:
Posting Komentar