Senin, 30 September 2013

Tikus Merajalela, Petani Boyolali Diajak Sedekah

Kerja bekati berantas hama tikus
BOYOLALI — Tak ada panen padi di 130 ha sawah Desa Jatirejo, Kecamatan Sawit, tahun ini. Sumber pendapatan para petani di daerah itu seakan terputus. Hama tikus, itulah yang mereka sebut sebagai penyebabnya.
Cerita aneh pun beredar. Mulai dari bus penjemput karyawan pabrik yang terhenti di sebuah jalan tengah sawah hingga pengendara sepeda motor mengalami halangan serupa.
“Hanya orang-orang tertentu yang melihat. Ribuan tikus sesekali muncul beriringan, tak wajar,” kata Kades Jatirejo, Daldiri, di sela-sela acara kerja bakti puluhan petani dan TNI di sebuah saluran irigasi desa tersebut, Minggu (29/9/2013) pagi.
Daldiri mengamini petani di desanya terus menerus gagal panen. Bahkan, penyewa sawah kas desa pun ada yang mengembalikan hak guna lahan.
“Ada penyewa, sudah menang lelang tapi tak segera membayar. Ya karena sawah tak bisa ditanami, panen gagal terus. Sampai akhirnya dikembalikan hak garapnya kepada kami,” tambahnya.
Dia pun menerima alasan itu. Sebab, kasus hama tikus menjadikan sawah di sana benar-benar tak menghasilkan.
Penggunaan obat, gropyokan dan sederet cara lain disebut Daldiri dan sejumlah petani yang hadir saat itu, tak mujarab mengatasi hama. Singkat kata, masalah tersebut ditangkap Danramil Sawit, Kapten Infanteri Undang Sahirin.
Kerja bakti bersih kali saat itu diakui Undang didukung pihaknya. “Sebut saja saya provokatornya,” ujarnya bercanda di hadapan Kades Daldiri dan para petani.
Undang sepakat kerja bakti diwujudkan dalam pembersihan saluran sepanjang 450 meter. Hal itu melihat fungsi saluran irigasi, yakni dimanfaatkan petani untuk 60 ha sawah, terdiri dari sawah di Jatirejo, Kemasan, Bendosari dan Manjung.
Secara teknis, kerja bakti itu memang berwujud membersihkan walet atau lumpur yang mengedap di dasar saluran irigasi. Namun di sisi lain, kerja bakti bersih-bersih itu dianggapnya sebagai sedekah. “Bersedekah dengan wawasan. Peduli lingkungan, menjaga keseimbangan alam termasuk sedekah,” ujar Undang.
Nilai-nilai tersebut dikatakan Undang dipergunakan petani warga kita. Petani yang berpedoman pada keselarasan lingkungan selalu tanggap dengan segala gejala terkait kelangsungan tanaman.
Untuk itu, Undang mengajak petani Jatirejo kembali mengamalkan kepribadian yang menghargai nilai-nilai tersebut. “Saya hanya menyampaikan apa yang saya yakini baik, untuk hasil nyatanya, ya dilihat saja nanti,” tukas Undang.
Hasil pertanian menjadi sumber ketahanan pangan dan ekonomi para petani. Undang, Daldiri dan sejumlah petani saat itu memiliki harapan sama, lancarnya kegiatan ekonomi dengan sumber daya sektor pertanian. “Jadi bukan mitos [mengenai hama tikus] yang dibesar-besarkan,” tandas Undang, lagi.

0 komentar:

Posting Komentar